NAMA AHMADIYAH

Diposting oleh abutaheera On 04.04

Dengan Karunia dan Kasih Sayang Tuhan
Dia-lah Penolong

Kami menulis kitab ini dengan dua maksud: (l) supaya kami dapat menyampaikan kepada pembaca suara yang dikumandangkan Allah Taala untuk menghimbau segenap insan agar berhimpun di dalam satu markas Muhammadiyat; dan (2) memberi penerangan sekitar kepercayaan-kepercayaan dan peri keadaan sejumlah anggota Jemaat Ahmadiyah di mana saja sehingga manakala ada perkara disampaikan kepada yang berkuasa berkenaan dengan diri mereka, maka ia akan mampu memberi putusan berdasarkan pengetahuan sendiri.


NAMA AHMADIYAH

Sebelum menerangkan hal-hal lainnya, terlebih dahulu kami ingin menyatakan bahwa Jemaat Ahmadiyah tidak menganut suatu agama baru melainkan Islamlah agamanya.
Selangkah saja menyimpang daripadanya kami pandang haram dan akan menyebabkan kenistaan. Nama baru yang disandangnya tidak menunjukkan agama baru, melainkan dimaksudkan hanya supaya Jemaat ini dapat ditampilkan kepada dunia nyata bedanya daripada kalangan lain yang juga menyebut dirinya orang Islam.
Islam adalah suatu nama terkasih yang dianugerahkan Allah Sendiri kepada umat Muhammad saw. Dia telah mengagungkan nama itu demikian rupa sehingga berkenaan dengan nama itu Dia telah berulang ulang menubuatkan melalui nabi-nabi terdahulu. Allah Taala berfirman di dalam Alquran,

"Dia telah memberi nama kepadamu musUm di dalam Kitab-kitab terdahulu dan di dalam Kitab Suci ini juga " (22:79).

Apabila kita memperhatikan Kitab-kitab terdahulu, ternyata di dalam Kitab Yesaya tercantum nubuatan itu sampai sekarang, berbunyi:



" ..... maka engkau akan disebut dengan nama yang baharu, yang akan ditentukan oleh Firman Tuhan" (Kitab Nabi Yesaya 62:2)

Pendek kata, nama mana lagi yang mungkin lebih mulia dan nama yang Tuhan Sendiri telah memilih bagi hamba-hambaNya, dan demikian disanjungNya sehingga dengan perantaraan lisan para nabi terdahulu menubuatkan nama itu. Dan, siapakah kiranya suka melepaskan nama yang mulia itu? Kami mencintai nama ini lebih dari mencintai nyawa kami sendiri dan kami menganggap agama ini sebagai pemberi hayat sejati kepada kami.
Namun oleh karena dewasa ini tiap-tiap golongan menamai diri masing-masing menurut daya khayal masing-masing, sebab itulah kami perlu menetapkan sesuatu nama guna membedakan dari mereka. Menilik keadaan zaman sekarang, maka nama yang sebaik-baiknya hanya Ahmadi.
Sebab, zaman ini adalah zaman penyebarluasan Amanat yang diemban Rasulullah saw. dan merupakan zaman penyiaran dengung sanjungan pujian terhadap Allah Taala. Jadi, karena memperhatikan masa penampakan sifat Ahmadiyat beliau saw. maka pada waktu ini rasanya tidak ada lagi nama pembeda yang lebih baik dari nama ini.
Walhasil, dengan hati yang tulus-ikhlas kami memang orang Islam. Kami mempercayai tiap sesuatu yang wajib dipercayai oleh seorang Islam sejati dan kami menolak tiap sesuatu yang wajib ditolak oleh seorang Islam sejati. Sungguh ia aniaya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Taala jika, kendatipun kami membenarkan segala kebenaran serta menaati segala peraturan Allah Taala, orang menuduh kami kafir dan menetapkan kami menganut suatu agama baru.
Manusia akan dituntut atas perkataan yang diucapkan mulutnya dan bukan atas apa yang diangankan di dalam hatinya. Siapakah dapat mengetahui apa yang terkandung di dalam hati orang lain? Barangsiapa menuduh orang lain bahwa apa yang diucapkan mulutnya tidak ada di dalam hatinya, ia mengangkat dirinya Tuhan, sebab wujud yang dapat mengetahui perikeadaan hati hanyalah Allah. Kecuali Dia, tiada seorangpun dapat mengetahui apa yang tersimpan di dalam hati orang lain. Siapakah yang lebih mengetahui dan arif selain Rasulullah saw.? Beliau bersabda mengenai diri beliau:

"Sebagian di antara kamu sekalian menyampaikan pengaduan kepadaku. Aku sendiri pun seorang manusia, mungkinlah seseorang di antaramu lebih pandai bersilat lidah daripada orang lain. Jadi, jika aku memberikan kepada seseorang di antaramu hak saudaranya, berarti aku memberikan sepucuk api kepadanya. Hendaklah ia jangan mengambilnya" (Bukhari, jilid II, bab Ahkam Mu'izatul Imam lilmakhshum ').

Demikian pula tercantum di dalam hadis bahwa Rasulullah saw. pernah mengutus Usamah bin Zaid r.a. selaku komandan sebuah pasukan. Beliau menjumpai salah seorang kaum kafir, lalu beliau menyergapnya. Ketika hampir beliau akan membunuhnya, ia segera membaca Kalimah Syahadat. Namun demikian terus juga beliau membunuhnya. Tatkala berita itu sampai kepada Rasulullah saw., beliau bertanya kepada Usamah r.a. mengapa ia berbuat demikian. Hadhrat Usamah r.a.atas pertanyaan itu berkata, "Ya Rasulullah, ia mengucapkan syahadat karena takutnya". Rasulullah saw. bersabda,

"Mengapakah engkau tidak membelah hatinya untuk melihatnya?' (Musnad Imam Ahmad).

Maksudnya, bagaimana Hadhrat Usamah mengetahui apakah orang itu menyatakan Islam karena takutnya atau setulus hatinya? Sebab keadaan hati tersembunyi dan mata manusia.

Walhasil, fatwa dijatuhkan atas tuturan mulut dan bukan atas pikiran-pikiran di dalam hati. Sebab, pikiran-pikiran yang tergores di dalam hati hanya diketahui oleh Allah. Barangsiapa menjatuhkan fatwa atas pikiran-pikiran yang tergores di dalam hati seseorang, ia seorang pendusta, dan ia patut dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Taala. Jadi kami, orang-orang dari Jemaat Ahmadiyah, apabila menyebut diri kami sendiri muslim, maka tiada seorang pun berhak menjatuhkan fatwa terhadap kami bahwa Islam kami hanya bersifat pamer belaka dan sebenarnya di dalam hati kami mgkar dan Islam atau tidak percaya kepa da Rasulullah saw. atau membaca Kalimah Syahadat baru atau menetapkan kiblat baru.
Apabila tuduhan-tuduhan semacam itu dibenarkan mengenai diri kami, maka kami pun dapat mengatakan mengenai orang-orang yang melemparkan tuduhan semacam itu kepada kami, yaitu bahwa mereka mengaku diri mereka Islam secara lahir saja dan sepulangnya ke rumah orang-orang itu mencaci-maki Rasulullah saw. dan Islam, naudzu billah min zalik. Akan tetapi kami tidak dapat meninggalkan kebenaran hanya karena disebabkan oleh permusuhan seseorang. Kami tidak menjatuhkan fatwa terhadap seseorang berdasarkan secara lahir ia berbuat sesuatu, sedang di dalam hatinya lain lagi. Bahkan kami, sesuai dengan hukum syariat, hanya membahas sesuatu yang dinyatakan oleh orang itu sendiri.
Setelah itu kami hendak mengermukakan akidah-akidah yang dianut Jemaat kami, supaya Anda dapat merenungkan diantara akidah-akidah itu, hal manakah yang bertentangan dengan Islam : (l) Kami berkeyakinan bahwa Allah Taala ada; dan beriman kepada wujudNya merupakan pengakuan terhadap kebenaran yang paling agung dan bukan takhayul.
(2) Kami beriman bahwa Allah Taala Esa dan tidak ada sesuatu yang berserikat dengan Dia tidak di bumi dan tidak juga di langit. Selain Dia, segala sesuatu merupakan makhlukNya dan setiap saat mereka menggantungkan nasib mereka pada bantuan dan dukunganNya.
Dia tidak mempunyai anak Laki-laki, tidak pula anak perempuan, tidak pula ayah bunda, tidak pula istri, dan tidak pula saudara. Dia Tunggal dalam ketauhidanNya dan keesaanNya.
(3) Kami berkeyakinan bahwa Dzat Allah itu suci lagi bersih dari segala keaiban, dan di dalam DzatNya terhimpun segala kebagusan; tidak terdapat suatu cacat di dalam DzatNya. Tiada suatu kebagusan yang tidak terdapat di dalam DzatNya. KodratNya tidak berhingga.
llmuNya tidak terbatas. Dia meliputi segala sesuatu dan tiada sesuatu yang dapat meliputi Dia. Dia Awal, Dia Akhir, Dia Zahir, Dia Batin, Dia Pencipta segala yang ada. Dia Yang Empunya seluruh makhluk. KekuasaanNya tidak pernah hilang, sebelumnya dan tidak pula sekarang, lagi pula pada masa mendatang. Dia Hidup dan maut tidak menimpa Dia. Dia Tetap Berdiri, kepudaran tidak menghinggapi Dia. Segala pekerjaanNya terbit dan kehendakNya Sendiri, dan bukan karena terpaksa. Sekarang pun Dia memerintah dunia seperti halnya dahulu Dia memerintah. Sifat-sifatNya kapan jua pun tidak berhenti. Dia setiap saat memperlihatkan kekuasaanNya.
(4) Kami berkeyakinan bahwa malaikat adalah makhluk Allah Taala, dan menjadi bukti akan firman:

"Melaksanakan apa yang diperintahkan kepada mereka" (16:50)

Menurut hikmahNya yang sempurna mereka diciptakan untuk melaksanakan aneka ragam tugas. Mereka benar-benar ada. Sebutan mereka bukan hanya bagai tamsilan belaka. Mereka menghajatkan Tuhan seperti halnya manusia dan makhluk-makhluk lain. Allah Taala tidak menghajatkan mereka untuk menampakkan kekuasaanNya. Seandainya Dia berkehendak, maka tanpa menciptakan mereka, Dia Sendiri menampakkan kehendakNya. Akan tetapi Dia menghendaki, menurut hikmahNya yang sempurna, supaya makhluk itu tercipta, maka terciptalah sudah makhluk itu. Seperti halnya dengan perantaraan matahari Dia menerangi mata manusia, dan dengan pangan mengisi perut manusia, Allah Taala tidak menghajatkan matahari dan makan; demikian pula halnya untuk menampakkan beberapa kehendakNya Dia tidak menghajatkan malaikat.
(5) Kami berkeyakinan bahwa Tuhan bercakap-cakap dengan hamba-hambaNya dan menyatakan kehendakNya kepada mereka. Kalam (firman) itu turun berupa kata-kata khusus dan di dalam turunnya (Kalam itu) tidak ada campur tangan manusia. Kandungan maksudnya bukanlah buah pikiran manusia, demikian pula ragam kata-katanya bukan lah penataan manusia. Maknanya pun datang dari Allah Taala, dan kata-kataNya pun datang dari Allah Taala. Kalam itulah yang menjadi makanan hakiki bagi manusia. Dengan makanan itulah manusia tetap hidup. Dan, dengan perantaraan itulah tercipta hubungan manusia dengan Allah Taala. Kalam itu tidak ada tandingannya dalam kekuatan dan keagungannya; dan semisal itu tidak ada seorang hamba pun dapat menampilkan. Kalam itu membawa serta ilmu-ilmu yang mengandung khazanah yang tidak terbüang banyaknya. Seperti halnya sebuah tambang, tambang itu kian digali kian banyak jua keluar mutiara-mutiara bermutu tinggi. Bahkan tambang itu lebih dari tambang-tambang biasa, sebab khazanah yang terpendam di dalam khazanah-khazanah ini dapat habis, namun ilmu makrifat yang terkandung di dalam tambang Kalam itu tiada kunjung habis. Kalam ini bagaikan samudera yang pada permukaannya ambarkesturi terapung-apung dan mutiara-mutiara berserakan di dasamya. Barangsiapa memandang penampakan lahirnya, karena semerbak harumnya bau ambar itu, otaknya menjadi cerah-ceria. Barangsiapa menyelami kedalamannya ia menjadi kaya-raya oleh harta kekayaan ilmu dan irfan. Kalam itu terdiri atas bermacam-macam; kadang-kadang terdiri atas hukum-hukum dan syariat. Adakalanya terdiri atas wejangan-wejangan dan nasihat-nasihat. Adakalanya dengan perantaraan Kalam itu pintu-pintu ilmu gaib terbuka dan adakalanya dengan perantaraannya ilmu-ilmu rohani yang terpendam menjadi nampak. Adakalanya dengan perantaraannya Allah Taala memperlihatkan kesukaanNya kepada hambaNya dan adakalanya dengan perantaraannya Dia memberitahukan ketidaksukaanNya. Adakalanya Dia menyenangkan hati manusia dengan kata-kata bernada kasih mesra. Adakalanya Dia memperingatkan terhadap kewajibannya dengan ancaman. Kadang-kadang Dia membukakan rahasia-rahasia halus mengenai budi-pekerti luhur. Kadang-kadang Dia memberitahukan tentang Sifat-sifat buruk yang tersembunyi. Walhasil, kami percaya bahwa Allah Taala bercakap-cakap dengan hamba-hambaNya. Derajat-derajat Kalam itu sesuai dengan ragam keadaan dan ragam sifat manusia, serta turun dalam berbagai bentuk. Dari antara seluruh Kalam yang pernah dituturkan Allah Taala kepada hamba-hambaNya, Alquranlah yang terluhur, termulia, dan tersempurna. Syariat yang diturunkan dengan perantaraanNya dan petunjuk-petunjuk yang diberikan dengan perantarannya berlaku selama-lamanya. Tiada Kalam yang datang kemudian akan memansukhkan atau menghapuskan Kalam ini.
(6) Demikian pula kami berkeyakinan, manakala dunia diliputi kegelapan dan orang-orang bergelimang di dalam noda kefasikan dan kedurjanaan dan sulit bagi mereka melepaskan diri dari cengkeraman syaitan tanpa pertolongan samawi, maka Allah Taala dari kebajikanNya yang sempurna dan dari kasihNya yang tak terhingga senantiasa memilih beberapa di antara hamba-hambaNya yang suci lagi mukhlis dan mengutus mereka kedunia untuk memberi bimbingan. Sebagaimana Dia berfirman,

"Tiada suatu umat melainkan telah datang kepadanya seorang pernberiperingatan " (35:25).

Maksudnya, tiada bangsa yang di tengah-tengahnya belum pernah didatangi seorang nabi dari Tuhan; dan pribadi-pribadi ini, dengan perantaraan amal-amal suci dan tingkah laku yang tak bemoda, menjadi penyuluh bagi manusia dan dengan perantaraan mereka Dia memberitahukan kepada manusia mengenai kehendakNya. Barangsiapa memalingkan muka daripada wujud-wujud itu, mereka menernui kebinasaan. Barangsiapa mencintai wujud-wujud itu mereka menjadi kekasih Tuhan. Bagi mereka pintu-pintu keberkatan telah dibukakan serta rahmat-rahmat Tuhan turun kepada mereka. Mereka telah diangkat menjadi pemimpin bagi orang-orang yang datang sesudah mereka. Telah ditakdirkan bagi mereka kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kami pun percaya bahwa Utusan-utusan Tuhan tersebut, yang mengeluarkan dunia dari kejahatan, senantiasa membawa kepada cahaya dan dilimpahi berbagai pangkat dan kedudukan. Penghulu di antara semuanya itu adalah Rasulullah saw., yang ditetapkan Allah Taala menjadi Penghulu anak-cucu Adam dan diutus bagi sekalian umat manusia (Surah AsSabah: 29) dan kepadanya Dia membukakan segala ilmu yang sempurna; kepadanya Dia memberi bantuan dengan kegagahan dan kehebatan demikian rupa sehingga mendengar namanya pun raja-raja gagah-perkasa sekalipun menjadi gemetar ketakutan. Dia telah membuat bagi beliau seluruh hamparan bumi menjadi mesjid sehingga umat beliau bersujud kepada Wujud Yang Maha esa di atas tiap jengkal tanah. Bumi menjadi bersemarak oleh suasana keadilan dan perlakuan sama-rata, yang sebelumnya dilumuri oleh keaniayaan dan kelaliman. Kami pun berkeyakinan, seandainya nabi-nabi terdahulu juga hidup di dalam zaman Nabi yang paripurna ini niscaya beliau-beliau tidak boleh tidak harus menaati beliau saw. Sebagaimana Allah Taala berfirman,

"Dan ingatlah ketika Allah mengambû perjanjian dan ahlulkilab melalui nabi-nabi, bahwa 'ApasajayangKuberikan kepadamuKitab dan Hikmah, kemudian datang kepadarnu seorang Rasul menggenapi Wahyu yang ada padarnu, maka hamsiah kamu beriman kepadanya dan haruâah kamu membantunya. "(3:82).

Lagi sebagaimana Rasulullah saw. pun bersabda


"Andaikata Musa (a.s.) dan Isa (a.s.) hidup, niscayalah beliau-beliau pun tidak boleh tidak harus menaatiku" (Tafsir lbnu Katsir, jilid, him. 246).

(7) Kami pun berkeyakinan demikian pula, bahwa Allah Taala berkenan mengabulkan doa-doa hamba-hambaNya dan menjauhkan kesulitan-kesulitan mereka. Dia adalah Tuhan Yang Mahahidup, dan kehidupanNya dirasakan manusia pada setiap zaman dan setiap saat.
Adapun tamsilannya bukanlah seperti sebuah tangga yang dibuat seorang penggali sumur. Apabila sumur itu selesai dibuatnya, tangga itu pun dirusaknya karena tidak ada gunanya lagi dan mungkin akan menghambat pekerjaannya. Bahkan tamsilannya adalah Iaksana nur atau cahaya yang tanpa cahaya itu segala sesuatu gelapgelita, dan seperti roh yang tanpa itu di segala penjuru nampak hanya maut demi maut belaka. Andaikata Wujud itu dipisahkan dan hamba-hamba, mereka itu akan tinggal jadi tubuhtubuh tak bemyawa belaka.
PerikeadaanNya "tidak seperti berikut: Dia pernah menciptakan dunia, tetapi sekarang Dia diam berpangku tangan. Malahan Dia senan tiasa mengadakan hubungan dengan hamba-hambaNya dan Dia menaruh perhatian terhadap kerendahan hati dan ketakberdayaan mereka. Andaikata mereka lupa kepadaNya, maka Dia Sendiri memperingatkan mereka tentang WujudNya. Dengan perantaraan para pembawa Amanat khusus, Dia menerangkan kepada mereka bahwa,

"Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepada engkou tentang Aku, maka jawablah, 'Sesungguhnya Aku dekat, Aku perkenankan doa orang yang telah memohon apabüa ia mendoa kepadaKu. Maka hendaklah mereka, yaitu orang-orang yang mendoa itu pun menyahut seruanKu dan beriman kepadaKu, supaya mereka mendapat petunjuk" (2:187).

(8) Kami pun berkeyakinan demikian pula, bahwa Allah Taala senantiasa memberlakukan takdirNya yang terkhusus di dunia ini. Tidak hanya hukum kodratNya yang berlaku yang disebut hukum alam melainkan selain itu pun berlaku pula sebuah takdir khas, yang dengan perantaraan itu Dia senantiasa memperlihatkan kekuasaan dan kebesaranNya, dan mempertunjukkan alamat kodratNya. Kodrat itulah yang diingkari oleh sementara orang karena ketunapengertiannya. Lagi pula, mereka tidak mengakui adanya sesuatu hukum lain selain hukum alam dan mereka menyebut hukum alam (tabi'i) itu sebagai hukum kodrat.
Padahal itu dapat disebut hukum alam, tetapi tidak dapat disebutkan hukum kodrat. Sebab, kecuali itu ada lagi hukum-hukum lain pula, yang dengan perantaraan itu Dia membantu hamba-hambaNya yang terkasih dan membinasakan musuh-musuh mereka. Sungguh, apabila hukum-hukum semacam itu tidak ada, maka betapa mungkin Nabi Musa a.s. yang keadaannya demikian tidak berdaya dan lemah dapat mengalahkan Raja Firaun yang demikian bengisnya. Kendati Nabi Musa a.s. lemah beliau unggul dan walaupun Firaun perkasa ia jadi binasa. Lalu, andaikata tidak ada hukum lain, maka betapa mungkin, tatkala seluruh bangsa Arab bersatu-padu hendak membinasakan Nabi Muhammad saw. Allah Taala memenangkan beliau saw. pada setiap medan laga dan memelihara beliau dan setiap gempuran musuh. Pada akhirnya beliau beserta sepuluh ribu orang suci menaklukkan wilayah yang dari situ beliau dahulu terpaksa keluar dengan disertai hanya oleh seorang setiawan. Apakah hukum alam dapat menciptakan peristiwa-peristiwa serupa itu? Sekali-kali tidak! Hukum itu menyatakan kepada kita, setiap kekuatan lemah, hancur bila berhadapan dengan kekuatan raksasa. Lagi, tiap orang lemah, binasa di tangan orang kuat.
(9) Kami pun berkeyakinan pula mengenai hal ini, bahwa sesudah manusia mati ia akan dibangkitkan lagi, dan amal perbuatannya akan diminta pertanggungjawaban. Barangsiapa beramal baik ia akan diberi ganjaran baik. Barangsiapa melanggar perintah-perintah Allah, ia akan diberi hukuman berat. Dan, tiada ikhtiar yang dapat menghindarkan manusia dari kebangkitan itu, meskipun tubuhnya dimakan burung atau pun dimakan binatang-binatang buas di hutan, baikpun cacingcacing di dalam tanah memisahkannya hingga berzarahzarah, kemudian diubahnya ke dalam bentuk lain walaupun sampai tulang-belulangnya habis dibakar; namun demikian ia kelak akan dibangkitkan kembali dan di hadapan Sang Penciptanya ia akan diminta pertanggungjawaban. Sebab, kodratNya yang sempurna tidak menghajatkan tubuhnya yang pertama saja harus ada, untuk memungkinkan Dia menciptakannya lagi. Bahkan sebenarnya Dia dapat menciptakan lagi dari zarah yang sekecil-kecilnya atau dari bagian roh yang sehalus-halusnya. Demikianlah bakal terjadi pula.
Tubuh akan menjadi tanah, namun zarah-zarahnya yang halus tidak akan sirna, tidak pula roh yang bermukim di dalam tubuh manusia tanpa seizin Allah Taala akan sirna.
(10) Kami berkeyakinan bahwa orang yang mengingkari Allah Taala dan orang yang menentang agamaNya, jika ia tidak diampuni dengan rahmatNya yang sempurna akan ditempatkan di dalam suatu tempat yang dinamakan jahanam, yang di dalamnya terdapat azab panas api atau dingin yang hebat. Ada pun tujuannya bukan untuk menimpakan penderitaan, melainkan diperhitungkan untuk perbaikan mereka kelak hari. Di tempat itu tiada terdengar sesuatu selain ratap-tangis dan gemeletuk gigi hingga suatu hari tiba ketika kasih-sayang Allah yang meliputi segala sesuatu akan menyelimuti mereka; dan sempurnalah janji,


"Akan tiba suatu nasa ketika di dalam neraka seorang pun tidak terdapat di dalamnya dan angin pun melambailambai daun pintunya" (Tafzir Muaümul TanzU, di bowah ayat Facmiwl tadima SyMpi, Swoh Hud, ayat 107).

(Il) Lagi pula kami pun berkeyakinan bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah Taala, nabi-nabiNya, malaikat-malaikatNya, Kitab-kitabNya, dan beriman dengan segenap jiwa-raganya kepada perintah 10 perintahNya serta menempuh cara-cara yang menunjukkan kerendahan hati dan tidak menyombongkan diri, meskipun mereka orang besar, mereka menampilkan diri seperti orang kecil. Meskipun mereka orang kaya, mereka menjalani hidup seperti orang miskin. Mereka berbakti kepada makhluk Allah. Mereka mendahulukan kesejahteraan orang lain daripada mendahulukan kesenangan sendiri. Mereka pantang berbuat aniaya, berbuat sesuatu yang melampaui batas dan khianat. Mereka menjadi pengemban nilai budi-pekerti luhur dan diam menjauhkan diri dari budi-pekerti rendah. Orang-orang itu akan ditempatkan di tempat yang disebut jannah (sorga) di dalamnya tidak terdapat sekelumit pun bayangan kesusahan dan penderitaan selain santai dan ketentraman. Insan akan memperoleh keridhaan Allah dan akan memperoleh kebahagiaan dengan melihat seri wajahNya. Setelah diselimuti cadar karuniaNya ia akan memperoleh kedekatan kepadaNya demikian rupa seolah-olah menjadi cerminNya. Sifat-sifat ilahi akan menjelmakan diri secara sempurna di dalam dirinya. Segala keinginan rendahnya akan hilang sirna. Kehendak nya akan menjadi kehendak Allah. Setelah ia mendapatkan kehidupan abadi ia akan menjadi penjelmaan Allah Taala. ltulah kepercayaan-kepercayaan kami dan selain itu kami tidak mengetahui kepercayaan-kepercayaan apakah yang dapat memasukkan orang ke dalam agama Islam. Semua Imam di dalam Islam senantiasa menetapkan hal-hal tersebut diatas itu sebagai kepercayaan-kepercayaan Islam dan dalam hal ini kami sepenuhnya menyetujui ketetapan beliau-beliau.

0 Response to "NAMA AHMADIYAH"

Posting Komentar

In Memorian

In Memorian
wisata

About Me

KOMPAS.com - Nasional

Jemaat Ahmadiyah Indonesia